A.
JENIS
KEKUASAAN
Jenis
kekuasaan yang kita pahami pada umumnya sekiranya dapat dibagi beberapa jenis
kekuasaan sebagai berikut:
a.
Kekuasaan
Eksekutif
Kekuasaan pemerintahan dimana secara
teknis menjalankan roda pemerintahan.
b.
Kekuasaan
Legislatif
Berwenang membuat dan
mengesahkan perundang-undangan sekaligus mengawasi roda pemerintahan.
c.
Kekuasaan
Yudikatif
Kekuasaan penyelesaian hukum yang didukung oleh kekuasaan
kepolisian.
Tiga
kekuasaan di atas dikenal dengan kekuasaan Triaspolitika. Sementara itu ada
pula yang berpendapat jenis kekuasaan hanya terdiri dari dua besar atau
dwipraja. Menurut:
a.
Donner
·
Kekuasaan pertama adalah kekuasaan
khusus.
·
Kekuasaan kedua adalah kekuasaan khusus
dari organ khusus salah satu sektor dari administrasi publik.
b.
Hans
Kelsen
·
Kekuasaan pertama adalah kekuasaan
fungsi menentukan haluan Negara.
·
Kekuasaan kedua adalah kekuasaan
pelaksanaan haluan Negara.
c.
Amrullah
·
Kekuasaan militer.
·
Kekuasaan ekonomi.
·
Kekuasaan politik.
·
Kekuasaan budaya.
·
Kekuasaan pemerintahan atau birokrasi.
·
Kekuasaan hukum.
B.
SUMBER
PENUNJANG KEKUASAAN
Pada dasarnya kekuasaan politik adalah kemempuan individu atau kelompok untuk memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sector kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sumber-sumber tersebut adalah:
a. Media
massa.
b. Media
umum.
c. Mahasiswa.
d. Elit
politik.
e. Tokoh
masyarakat atau militer.
Sumber
penunjang untuk memperoleh, mempertahankan, menjatuhkan, kekuasaan yang perlu
diperhitungkan adalah media massa. Jendral dan panglima perang Perancis
Napoleon Bonaparte berkata “di medan perang aku tidak pernah takut, tapi yang
paling ku takuti adalah pena wartawan. Dalam teori lain, unsur penunjang
kekuasaan politik antara lain:
1. Power
machine
2. Power
backing
3. Power
fund
4. Peoples
power
C.
UNSUR-UNSUR
KEKUASAAN
Ada
tiga komponen dalam rangkaian kekuasaan yang akan mempengaruhi penguasa atau
pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya. Tiga komponen ini adalah:
a. Pemimpin
(pemilik atau pengendali kekuasan).
b. Pengikut.
c. Situasi.
Dari
gerak ketiga komponen di atas maka kekuasaan juga mempunyai unsur:
1. Unsur
influence: meyakinkan sambil berargumentasi.
2. Unsur
persuation: kemampuan untuk meyakinkan orang dengan cara sosialisasi atau
persuasi.
3. Unsur
force: kekuatan massa termasuk dengan kekuatan militer.
D.
AJARAN
POLITIK DARI BERBAGAI NEGARA
Pada bagian ini kan
dipelajari beberapa ajaran politik dan kekuasaan dari berbagai Negara.tujuannya
adalah agar bisa di di bandingkan mengenai format dan karakter yang berkembang
di suatu Negara tertentu terhadap ajaran politik di Negara lain :
1.Ajaran dari yunani
A . Socrates menyatakan bahwa dalam
Negara perlu adanya pendidikan politik.
B
. Plato menyatakan bahwa dalam tindakan politik
harus menekankan pada moralitas
C
. Aris letoles
menyatakan bahwa dalam tindakan politik harus terkait antara etika politik dan
ekonomi
2. Ajaran dari Cina
A
. Kong hu-chu
menyatakan bahwa Negara harus menciptakan ketertiban yang di mulai dari
ketertiban keluarga lingkungan masyarakat dan Negara.
B
. Sut Yat Sen
mengatakan bahwa perlu adanya kekuatan nasionalis dalam Negara cina (
nasionalisme )
3.Ajaran dari romawi
Negeri ini terkenal dengan ajaran imperium
yang tak bermoral, yaitu
system penjajahan, penguasaan, atau perluasan wilayah yang sebesar-besarnya.
4.Ajaran
dari Italia
Di Negeri ini lahir
seorang sejarawan masyur bernama Nicchollo Machiavelli, yang pandai menulis
tingkah laku kekuasaan.
5.Ajaran dari Perancis
Di Negeri ini pada abad
16 terpetik adanya teori politik dengan system kekuasaan bangsawan atau
veodalisme.
E.
SOSOK
PENGUASA DALAM TABIAT POLITIK KEKUASAAN
Daam
buku yang ditulis Niccollo Machiavelli, II Principle, seperti di sadur Pax
Banedanto ( 1997 ) tergambar contoh-contoh sosok penguasa dalam tabiat politik
kekuasaannya. Berikut ini adalah gambaran yang di maksud sebagai tabiat politik
penguasa tersebut :
1.
Pengusa harus mampu memadukam watak
singa dengan rubah atau serigala.
2.
Untuk memperoleh kekuasaan, seseorang
harus mengandalkan keutamaan ( virtue ) atau harus aktif mencari kesempatan
kekuasaa.
3.
Calon penguasa sebelum berkuasa atau
ingin berkuasa harus tahu tentnag karakteristik wilayah yang akan dikuasai.
4.
Di Perancis, model kekuasaan bangsawan
sangat besar. Kata Machiavelli, untuk merebut kekuasaan di Perancis sangat
mudah.
5.
Cerita Machiavelli bahwa penguasa yang
diangkat karena kemujuran, kemudahan, KKN, akan mengakibatkan kekuasaan itu
rapuh.
6.
Ketika Savana Rola baru berkuasa di
Firenze, Italia secepat itu pula merombak system administrasi dan hokum.
7.
Raja OLiverotto yang berkuasa di kota
Fermo sebagai akibat ia terlalu memanjakan dan memihak satu golongan atau
friksi.
8.
Untuk menghidupkan kekuasaan status quo
dan memperkuatnya, maka penguasa dapat mengambil hati kepada rakyatnya,
sehingga mereka merasa emiliki hutang budi.
9.
Raja – raja Roma dan Sparta banyak yang
tangguh dan bertahan lama dalam menjalankan kekuasaanya karena menggunakan
sistim disiplin yang tinggi, taat hokum dan ditunjang dengan kekuatan militer
yang kuat.
10.
Penguasa yang tangguh dan licik, apabila
ada tugas yang berdampak kurang baik
bagi rakyatnya, maka tugas itu akan diberikan kepada orang lain, tapi
apabila ada tindakan atau tugas yang menguntungkan, memujikan dirinya, maka
akan di kerjakan sendiri.
Selain Niccollo
Machiavelli, sosok kekuasaan penguasa atau pemimpin dalam menjalankan
kekuasaannya dapat menjadi model seperti yang di tulis oleh Ki Dalang Bondan
Wibatsuh sebagai berikut:
1.
Model Penguasa Lodra. Seorang pemimpin
atau penguasa yang bertipe Lodra kurang dapat diidentifikasikan sebagai orang
yang selalu menaruh curiga terhadap orang-orang disekelilingnya sehingga
relative sulit untuk dapat menerima pendapat orang lain serta cenderung
memaksakan kehendaknya.
2.
Model penguasa angkara. Pemimpin yang
bertipe angkara bersifat individualistis dan dalam usaha pemenuhan kepentingan
pribadi sangatlah menonjol sehingga cenderung memanfaatkan potensi pengikutnya
dan potensi organisasi untuk pemenuhan kebutuhan pribadi.
3.
Model penguasa nuraga. Di katakana
sebagai pemimpin yang bertipe nuraga karena tindakannya dan keputusannya banyak
diwarnai keragu-raguan.
4.
Model penguasa sukarda. Kepemimpinan
tipe sukarda dirasakan sebagai seorang pemimpin yang terlalu besar perhatiannya
terhadap kepentingan anggota kelompok.
5.
Model penguasa nimpuna. Pemimpin bertipe nimpuna merupakan figure pemimpin
yang dapat memadukan kepentingan organisasi, kepentingan warganya dan
kepentingan pribadinya secara harmonis dan seimbang.
Dalam kepemimpinan jawa klasik juga
dikenal pula beberapa sosok penguasa yang
dalam menjalankan kekuasaanya dapat menjadi model seperti di bawah ini:
1.
Cambuk Api : pemimpin bersikap sangat
keras dan tegas dalam menindak berbagai gejala deviasi yang dilakukan oleh
warganya.
2.
Seruling Gading :pemimpin bersikap
lembut dan persuasive dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya.
3.
Mengendalikan Arus Air :bahasa aslinya
disebut mangreh kridhaning ramu.
4.
Menunggu Tenang Air Berpusar :dalam
budaya daerah dikenal dengan sebutan
ngranti menebing warih.
5.
Menampar dengan Tangan Orang Lain :dalam
bahasa aslinya disebut nabok nyilih tangan.
Akhirnya sosok penguasa
atau pemimpin dalam menjalankan politik kekuasaannya, menurut ajaran
wewayangan, telah disapdakan oleh Kukila Kepala Arjuna, yang kemudian dikenal
dengan Wahyu Makuta Rama atau disebut pula Hasta Brata, yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Pemimpin itu laksana matahari yang
berkewajiban member cahaya, penerangan untuk kepentingan kehidupan makhluk.
2.
Pemimpin itu laksana bintang di langit.
3.
Pemimpin itu laksana bulan yang selalu
member penerangan pada malam gelap dan memberikan kesejukan hati.
4.
Pemimpin itu laksan awan yang
kadang-kadang nampaknya menakutkan kalau mendung tapi terbukti dengan hujannya
banyak member manfaat.
5.
Pemimpin itu laksana angin yang bisa
masuk ke dalam lubang yang bagaimanapun kecilnya.
6.
Pemimpin itu laksana lautan yang
luas,yang setiap hari menampung air bah yang bagaimanapun besarnya.
7.
Pemimpin itu laksana bumi yang menanggug
banyak beban.
8.
Pemimpin itu harus laksana api yang
sanggup membakar apa saja.
F.
JALAN MANUJU MA’RIFATULLAH KEKUASAAN
Selain itu masih ada pula
rambu-rambu kekuasaan atau dalam ajaran agama disebut “mengikuti sunnah
kekuasaan”. Rambu-rambu kekuasaan adalah suatu etika moral, ajaran peringatan
tingkah laku moral dan atau pedoman hidup bagi siapa saja yang menerima amanah
kekuasaan.
Di Indonesia ada tiga kelompok
profesional dalam kekuasaan, yakni ilmuan, cendekiawan, dan teknokrat. Ilmuan
bekerja atas konsep teori yang diketahui dan cendekiawan harus menerjemahkan
teori yang ada menjadi nilai atau etika kekuasaan di tengah masyarakat.
Sedangkan teknokrat menggalang kekuatan dengan ilmuan baik secara politis dan
strategis sehingga dukungan dari orang lain akan mengalir kepadanya apabila
dapat menciptakan sistem yang kondusif dalam permainan perannya.
Kekuasaan itu akan tidak
bermoral apabila hanya semata-mata menggunakan argumen politik Max Weber (Gerth’s
Mills, 1962) bahwa negara adalah satu-satunya lembaga yang memiliki keabsahan
untuk melakukan kekerasan. Namun Mohammad Harbi dalam suatu ketika pernah mengatakan banyak negara
mempunyai angkatan bersenjata, tapi di Aljazair angkatan bersenjata itu adalah
negara.
William Lidle, Guru Besar Ilmu
Politik dari Universitas Ohio State misalnya menyatakan bahwa para penguasa
Indonesia ini cenderung mendua, di satu sisi menyuarakan demokrasi, di sisi
lain takut kehilangan fasilitas atau posisi kekuasaannya. Di sini menurut Lidle
akan timbul diktator intelektual (Gatra, 17/6/1995).
Manusia itu pada dasarnya
adalah politik, tapi politik yang bermoral. Rakyat itu adalah kerikil tajam
bagi penguasa yang otoriter. Bila tidak hati-hati mereka bisa jatuh karenanya.
Satu lagi pelajaran
Islam tentang kebaikan Allah adalah bahwa apabila ada orang berbuat jelek atau
jahat kepada kita, maka hendaknya orang tersebut kita balas dengan kebaikan.
Dengan cara seperti itu orang tersebut diharapkan menjadi sadar dan merubah kejahatannya
dengan kebaikan juga. Sebagaimana firman Allah, “Tolaklah perbuatan buruk
mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.”
(QS. Al-Mu’minun:96).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar